Pengertian Teratogenik
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik. Teratologi adalah studi tentang penyebab, mekanisme dan manifestasi dari perkembangan yang menyimpang dari sifat struktural dan fungsional Definisi umum lain teratologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan monster, definisi yang lebih khusus adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan monster karena pengaruh kekuatan tertentu pada hewan atau manusia yang belum lahir. Kekuatan ini bisa berupa faktor fisik, nutrisi, genetik maupun kimia. Jadi teratologi adalah ilmu yang mempelajari tentang malformasi kongenital.
Penyebabnya
Penyebab teratogenik ada 2 yaitu fisik yang meliputi radiasi sinar X, panas dan tekanan, dan kimia yang meliputi bahan industry, polutan udara, air dan obat-obatan. Target organ dari teratogen adalah system reproduksi, yang meliputi zigot bersifat mutagen, sel (jaringan dan organ) yang bersifat teratogenik serta pertumbuhan dan perkembangan organ yang bersifat keracunan. Bentuk kelainan yang dapat disebabakan oleh teratogen adala gangguan fungsi dan struktur sel, abnormalitas yang menyebabkan kejadian congenital yang teratogenik serta pertumbuhan yang menyebabkan ukurannya membesar dan bersifat toksik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Kejadian perubahan teratogenik antara lain
1. Menyerang zygot menjadi fertile dan mengalami mutasi
2. Salah satu tahap siklus kehidupan pada konsepsi dihambat
3. Mencegah pembelahan embrio ada tahap awal yang bersifat all or none
4. Implantasi merangsang pseudopregnancy
5. Menghambat perkembangan normal plasenta : Trypan Blue
6. menghambat transport nutrient ke yolk sack
7. Menyerang fase organogenesis dan bersifat teratogenik
8. Fase pertumbuhan yang menyebabkan perubahan toksikologik
Cara Mengatasinya
Hingga kini belum ditemukan cara untuk mengobati efek yang timbul akibat paparan bahan teratogenik pada ibu hamil. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam mencegah efek bahan teratogenik adalah dengan menghindari paparan bahan tersebut pada dirinya. Untuk itu perlu bagi ibu hamil untuk mengetahui dan memahami bahan-bahan apa saja yang dapat memberikan efek teratogenik.
Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis. Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ.
Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan.
Paparan rokok dan asap rokok pada ibu hamil terutama pada masa organogenesis juga dapat menimbulkan berbagai kecacatan fisik. Ada baiknya bila ibu berhenti merokok (bila ibu seorang perokok) dan menghindarkan diri dari asap rokok. Ada baiknya bila sang ayah yang perokok tidak merokok (BAHASAN ROKOK INSYA H ALLAH MENYUSL) selama berada didekat sang ibu dalam kehamilannya. Asap rokok bila terpapar pada janin-janin yang lebih tua (lebih dari 20minggu) dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, atau bayi kecil.
Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa jenis obat anti biotik dan dan penghilang rasa nyeri juga memiliki efek gangguan pada janin. Obat-obatan yang menimbulkan efek seperti narkotik dan obat-obatan psikotropika bila dikonsumsi dalam dosis besar juga dapat menimbulkan efek serupa dengan efek alkohol pada janin. Untuk itu ada baiknya bila selama kehamilan terutama trisemester pertama agar ibu berhati-hati dalam mengkonsumsi obat dan hanya mengkonsumsi obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter.
Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik. Oleh karena itu ada baiknya bila ibu membatasi diri dalam bepergian ke tempat-temapat dengan tingkat polusi tinggi atau dengan mewaspadai konsumsi makanan dan air minum tiap harinya. Hal ini karena umumnya bahan tersebut akan mengendap dan tersimpan dalam berbagai makanan maupun dalam air minum harian.
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik.
Ada baiknya bila ibu sebelum kehamilannya melakukan pemeriksaan laboratorium pendahuluan untuk menentukan apakah ia sedang menderita infeksi TORCH, infeksi virus atau bakteri lain yang berbahaya bagi dirinya maupun kehamilannya. Bila dari hasil dinyatakan positif, ada baiknya bila ibu tidak hamil lebih dulu sampai penyakitnya disembuhkan dan telah dinyatakan fit untuk hamil.
Contoh Penyakitnya
a. Trisomi 21 (Sindrom Down)
Sindrom down biasanya disebabkan oleh adanya satu kopi ekstra kromosom 21 (trisomi 21). Secara klinis ciri anak penderita Sindrom Down antara lain keterbelakangan mental pertumbuhan,aneka derajat keterbelakangan jiwa, kelainan kraniofasial, termasuk mata miring ke atas , lipat-lipat epikantus (lipatan kulit ekstra di sudut medial mata) sindrom ini disebabkan oleh trisomi 21 karena meiosis nondisjunction dan 75% diantaranya nondisjunction terjadi saat pembentukan oosit.
b. Trisomi 18
Penderita dengan susunan kromosom ini memperlihatkan cirri-ciri sebagai berikut : keterbelakangan jiwa, cacat jantung congenital, telinga yang letaknya rendah dan fleksi jari-jari dan tangan. Selain itu penderita seringkali memperlihatkan rahang kecil(mikrognatia), anomaly ginjal dan sidaktilic. Trisomi 13
Kelainan utama sindrom ini adalah keterbelakangan jiwa, cacat jantung congenital, tuli, bibir sumbing, dan palatoskisis dan cacat-cacat mata misalnya : mikroftalmia, anoftalmia, dan koloboma.
d. Sindrom Klinefelter
Gambaran klinis sindrom klinefelter yang hanya ditemukan pada pria dan biasanya diketahui pada saat pubertas adalah kemandulan , atrofi testis, hialinisasi tubuli seminiferi dan kebanyakan mengalami ginekomastia. Angka kejadiannya kira-kira 1 diantara 500 orang pria. Penyebab yang paling sering adalah tidak berpisahnya anggota pasangan homolog XX
e. Sindrom Turner
Sindrom turner, ditemukan pada wanita yang ditandai dengan tidak adanya ovarium (disgenesis gonad) dan tubuh yang pendek, leher yang berselaput, limfedema anggota badan, cacat rangka, dan dada lebar dengan putting susu lebar.kira-kira 55% penderita adalah monosomi untuk kromosom X dan kromatin negative karena terjadi nondisjunction. Pada 75% dari kasus ini, nondisjunction gamet pria yang menjadi penyebab. Tetapi, pada kasus sisanya, kelainan structural kromosom X (15%)
atau monosaikisme (30%) menjadi penyebab sindrom ini.
f. Sindrom Tripel X
Penderita sindrom tripel X selalu infantil, dengan menstruasi yang sedikit sekali dan sedikit keterbelakangan jiwa. Mereka mempunyai 2 badan kromatin seks didalam selnya.
Dari berbagai sumber di google